Senin, 22 Oktober 2018

MESJID-MESJID TUA DI MAJALENGKA

1. MESJID TERTUA DI KARANG SAMBUNG KADIPATEN KAB. MAJALENGKA
     Mesjid Jami Darussalam yang berada di Desa Karangsambung, kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka adalah mesjid tertua di Kabupaten Majalengka yang diperkirakan dibangun abad ke-15 oleh anak buah Sunan Gunung Jati.
     Para pembantu Sunan Gunung Jati yang membangun mesjid tersebut diantaranya adalah ki Gedeng Pancuh, Ki Gedeng Curug Landung, Ki Gedeng Magelung, Ki Gedeng Babadan, Ki Gedeng Sawit, Ki Gedeng Keked, Ki Gedeng Bango Dua dan Ki Gedeng Hanjatan (Sumber: PR 5 Juni 2016).
     Peninggalan yang masih tersisa adalah bedug kayu jati berdiameter 80 cm dengan panjang 1 meter. Selama ini pemerintah desa setempat hanya mengganti kulit bedug setiap tiga tahun sekali.
     Selain itu beberapa tiang penyangga mesjid, disinyalir masih menggunakan tiang kuno yang terbuat dari cacahan "Tatal" kayu yang direkatkan dan dibentuk balok tiang.
Di tembok bagian depan masih terdapat beberapa potongan keramik kuno peninggalan Sunan Gunung Jati. Mesjid ini sudah mengalami beberapa kali renovasi dan hanya menyisakan momolo dan tiang asli yang masih berdiri.

Gambar mungkin berisi: luar ruangan
Mesjid Jami Darussalam, Desa Karangsambung

Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih dan orang berdiri

Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.
Potongan keramik kuno peninggalan Sunan Gunung Jati

     Salah satu yang ditinggalkan dari Mesjid Jami Darussalam adalah Kursi Sumpah. Kursi sumpah ini masih ada tetapi tinggal kerangka kayunya saja. Kursi sumpah adalah kursi kejujuran. Barang siapa orang yang berbohong atau tidak jujur dan duduk di kursi tersebut bakal tidak bisa lepas lagi. Begitupun sebaliknya bila orang tersebut jujur maka pastinya kan lepas dan bebas.
     Sekitar tahun 1970 an kursi ini sudah tidak dipakai lagi, mungkin karena kebijakan pemerintah.
Kerangka Kursi Sumpah


2. MESJID PUSAKA DI TALAGA
     Terletak di blok ISTANA. desa talagawetan kecamatan Talaga kabupaten Majalalengka. entah ada peleburan kalimat atau kelatahan dialek setempat sekarang blok ini terkenal dengan sebutan blok ASTANA
menurut ( Alm.) Rd. Aruman Julia Sumantri. seorang tokoh di Desa Talagawetan. menuturkan kepada saya. bahwa mesjid pusaka talaga ini dibangun kisaran tahun 1635 M dan merupakan peninggalan raja ke IX Negri Talaga yaitu Rd Arya Surawidjaya atau yang dikenal denga Sunan CIburuy. dan momolo (kubah) mesjid masih menggunakan kubah peninggalan Sunan Ciburuy, yang berbahan tembaga berlapis kuningan. konon. sebuah tasbih yang tersimpan didalamnya juga merupakan peninggalan Arya Saringsingan , Mahapatih Talaga di era Sunan Ciburuy.
     Mesjid ini terletak 300 meter menuju ke situs Makan Ciburuy. atau kurang lebih 1 km arah barat dari museum talagamanggung.
Dan hingga kini mesjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan di Blok Astana dan blok Ciburuy desa Talagawetan .
==================================
SEPENGGAL KISAH SUNAN CIBURUY
==================================
     Raden Arya Adipati Surawijaya dalam melaksanakan tugas pemerintahannya didampingi Sang Maha Patih, Aria Paningsingan,(?) ataukah Arya Saringsingan (?) seorang senapati yang gagah dan berani.
     Pada era Raden Arya Surawijaya, tatanan perekonomian di Kerajaan Talaga sangatlah berkembang dengan pesat, , hingga talaga menjadi jalan perdagangan Negara Negara di pulau Jawa maupun dari Eropa dan tanah China, terbukti dengan adanya peninggalan peninggalan kramik China, mata uang logam dan kain batik jawaan yang masih tersimpan di muaseum selain itu di talaga juga terdapat kuburan kuburan pedagang cina yang bermukim di talaga.
     Di bidang pertanian juga tak kalah pesatnya, terutama tanaman padi dan palawija, hingga kini beberapa bidang pesawahan kuno masih terpelihara di daerah Cikiray Talaga dan Komplek Sawahlega Cikijing.
di bidang keagamaan. di era beliau juga banyak tumbuh berkempang padepokan Islam (pesantren) dan banyak dibangun sarana ibadah. mesjid, mushola atau langgar. pada era belau juga mulai berkembang seni kaligrafi islam dan seni membaca alquran (tilawah) seni gembyung dan bermunculan pantun pantun yang bertemakan islam nadhom dan lain lain

3. MESJID PUSAKA DI CIKIJING
     Pada tahun 1529, Ratu PArung dan suaminya, Raden Ragamantri mengucapkan syahadat. mereka masuk agama Islam melalui Sunan Gunung Jati yang dibantu para Mubalig Cirebon. Sunan Gunung Jati (syarif Hidayatullah) lalu memberikan gelar Prabu Pucuk Umum Talaga kepada Raden Ragamantri sebagai bentuk penghormatan kepada beliau dan keluarga besar Talaga.
     Salah satu Mubaligh itu bernama Rd Nalagati.
     Setelah itu Rd. NALAGATI berniat kembali ke Cirebon. Dalam perjalanan pulang tersebut melewati sebuah hutan kecil yang dilingkari rawa-rawa yang banyak dihuni oleh Kerang Putih dalam bahasa sundanya di sebut (Kijing). Kemudian Rd Nalagati, memutuskan untuk bermukim di daerah ini. Sejak itulah Rd Nalagati bermukim dan memberi nama dengan sebutan “CIKIJING”. Nama ini diambil dari kerang yang hidup di air rawa, dalam bahasa sunda air disebuut kerang (Kijing). Maka disebutlah nama Cikijing artinya kerang yang hidup di air rawa, selanjutnya kerang (Kijing) dijadikan lambang Desa Cikijing.
     Rd. NALAGATI mengembangkan ajaran agama islam dicikijing. Sehingga para santri dan masyarakat sekitar memberinya nama K.H ABDUL FATAH. ( bapak pembuka agama) hingga kini nama tersebut diabadikan menjadi nama sebuah jalan utama di cikijing arah kab kuningan.
     Dan kini salah satu peninggalan yg masih tersisa adalah mesjid pusaka Attaqwa yg terletak di blok ahad desa cikijing kec cikijing. Yang merupakan mesjid pertama di kec cikijing kab Majalengka. Yang dibangun pd tahun 1532m.
Namun sayang kini mesjid tersebut sudah mengalami renovasi total. Hingga bekas bekas bangunan awalnya sudah tidak nampak lagi.
Gambar mungkin berisi: langit, pohon dan luar ruangan
Ilustrasi Mesjid kuno

4. Mesjid Al-Imam
     Mesjid Al-Imam sendiri adalah mesjid yang ada di kota Majalengka. Sebelah barat Alun-alun dan Pendopo Kabupaten. Dahulu Mesjid Al Imam sebelum menjadi mesjid Agung kabupaten Majalengka adalah sebuah mesjid kecil, Pada awalnya sekitar tahun 1884 mesjid ini  hanyalah mesjid dalam bentuk panggung yang berada  sebelah barat alun alun di Desa Majalengka kulon atau sebelah kiri depan  balai desa Majalengka kulon (sebelum di pindahkan). Pemberian nama mesjid berawal dari keluarga KH.Imam Safari (Kakek dari KH. Abdul Halim) yang mewakafkan sebagian tanahnya untuk dibangun sebuah tempat ibadah sehingga untuk mengenangnya maka mesjid ini diberi nama Mesjid Al Imam.          Mesjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi sampai kebentuknya mesjid yang sekarang. Berkat prakarsa Kyai Imam Safari yang saat itu menjabat sebagai penghulu kabupaten, mesjid itu kemudian direnovasi. Pengganti Kyai Imam Safari yakni Kyai Hasan Basyari sekitar tahun 1888 juga melakukan renovasi namun tidak merubah bentuk .Baru pada tahun 1900 dibawah pimpinan Bupati Raden Mas Salam Salmon dengan penghulu kabupaten Kyai Haji Muhammad Ilyas terjadi perubahan secara menyeluruh hingga mesjid yang tadinya berbentuk panggung dirubah menjadi lantai.
Ilustrasi Mesjid Alimam tahun 1884
Ilustrasi Mesjid Al-Imam tahun 1950.

     Bentuk mesjid tahun 50an menurut sumber cerita , masih sangat sederhana bangunan mesjid ada dua lokal dengan dua atap tersambung, dilokal yang pertama ada empat tiang tinggi persegi  dari kayu jati yang kokoh menopang ruang diatas seperti tingkat atau loteng yang disertai tangga untuk keatas,  ini bukan loteng tapi hanya sekedar ruang tempat bedug atau pengeras suara lainnya kemudian sekeliling mesjid dipagari dari besi dengan bentuk sederhana dari tiang satu ke tiang lainnya, diatas bangunan ada semacam tanda mesjid terbuat dari gerabah buatan plered berbentuk segitigabulatpanjang terletak diatap mesjid .      Mesjid Al-Imam kemudian mengalami perombakan total terjadi pada tahun 1967 pada masa Bupati Kolonel Rd. Anwar Sutisna dan dilanjutkan oleh Bupati Rd.Saleh Sediana.Mesjid yang tadinya hanya satu lantai berubah bentuk menjadi dua lantai .
Perombakan total mesjid tersebut memakan waktu yang cukup lama ,secara keseluruhan pembangunan Mesjid Al-Imam baru dapat dituntaskan pada tahun 1977.Pada masa kepemimpinan Bupati Haji Rd.E.Djaelani SH pada tahun 1984 mesjid ini dirobak sekaligus diperluas agar bisa menampung jamaah lebih banyak.
Mesjid Al-Imam Tahun 1960an
     Pada tahun 1990 Mesjid Al-Imam terus dipercantik dengan merubah bentuk atapnya menjadi bentuk kubah.Dan terakhir pada tahun 2003 pada masa kepemimpinan Bupati Hj.Tutty Hayati Anwar.SH.M.Si.,dilakukan renovasi bagian dalam dan pembangunan empat buah kubah .
Mesjid Al-Imam tahun 1990an




Sabtu, 20 Oktober 2018

KECAP MAJALENGKA

KECAP ASLI MAJALENGKA

  Majalengka dulu adalah sentra industri kecap sehingga dikenal sebagai "Kota Kecap".
   Pada tahun 1920 Tjia Tjoen Teng mulai merintis usaha pembuatan kecap dengan dibantu saudaranya dan warga setempat di Jalan Raya Barat (Jalan KH Abdul halim) sebelah timur Gedong Jangkung Majalengka. Kecap dengan logo MATAHARI ini menampilkan citarasa yang khas yang berbeda dengan kecap-kecap yang ada pada saat itu. Bahkan sampai saat ini masih menjadi ikon khas nya rasa kecap asli Majalengka. Produksi kecap cat Tjunteng ini masih tetap dijalankan oleh keturunannya di daerah Ciputis Kadipaten.
   Tahun 1940, muncullah H.Saad Wangsadidjaja mendirikan kecap cap Maja Menjangan. Dengan peralatan yang masih sederhana dan dengan modal yang terbatas dengan jumlah produksi yang masih sedikit tanpa mengurangi citarasa kualitas kecap itu sendiri tampil dengan rasa kecap yang berbeda dari sebelumnya menambah rasa gula aren yang khas, yang menjadi pilihan pecinta kecap ASLI Majalengka. Haji Saad yang kala itu masih remaja, merintis usaha dengan mengontrak rumah bambu di Jalan Suha. Kecap ini bisa di peroleh di jalan Suha no 204/209 Majalengka
  Pada tahun 1958, tiga serangkai "H. Lukman, ndek, Aman" bersama-sama merintis usaha pembuatan kecap dengan nama cap SEGITIGA. Dengan prosesnya yang masih tradisional tanpa bahan pengawet dan dengan bahan berkualitas, kecap Segitiga tampil dengan tiga rasa yaitu Asin, Manis dan manis sedang. Kecap segitiga selain bisa didapatkan di pabriknya yaitu di Jalan Raya tonjong no 12 tonjong, Majalengka - Jawa Barat 45414 juga bisa diperoleh di warung, toko, minimarket, toko oleh-oleh dan juga supermarket.
   Tanggal 26 Oktober 1963, kecap Ban Bersayap mulai mengepakkan sayapnya di Tonjong sampai sekarang
   Selain yang disebutkan di atas, masih banyak lagi produsen kecap lain yang tersebar di seluruh Kabupaten Majalengka dengan berbagai merk dan rasa yang khas. Ada kecap Kadipaten, Jatiwangi, Talaga dan lain-lain. Para produsen kecap ini mempunyai resep rahasia sendiri warisan keluarga dengan berbagai komposisi rempahyang ditambahkan sehingga masing-masing pembuat kecap selalu mengaku kecapnya No 1.
   Pada tahun 2013 tinggal 35 Pabrik kecap yang masih berproduksi. Padahal masa jayanya di tahun 1970 sampai tahun 1990an ratusan pabrik rumah tangga bertebahan di majalengka. Seingat Admin, di Jalan Olahraga ad 2 pabrik kecap. Salah satunya adalah Kecap ADUN.
Gambar mungkin berisi: minuman, makanan dan dalam ruangan
Kecap Cap Thun Teng - Kadipaten

Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.

 Related image 
Kecap Ban Bersayap - Tonjong

Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.
Kecap segitiga - Tonjong

Gambar mungkin berisi: minuman dan dalam ruangan
Kecap Maja Menjangan - Jl Suha Majalengka

 Image result for kecap majalengka
Kecap Samara

Gambar mungkin berisi: 2 orang, dalam ruangan
Kecap cap Ban bersayap dan cap segitga berderet
Cocok untuk oleh-oleh khas MAJALENGKA 





Selasa, 16 Oktober 2018

KRACHTSTEISEN

Gardu Listrik Kota .
Pada tahun 1925 Pemerintahan Kolonial Belanda memberikan keleluasaan kepada kabupaten Majalengka untuk mengatur kebijaksanaan pemrintahan sendiri,praturan tsbt tertuang dalam Staatsblaad no.396.Salah satu isi staatsblad itu adalah soal penerangan jalan ( N.Kartika ) .Ada photo terbitan berita Belanda taun 1947 tentang instalasi listrik yg berhasil dihancurkan pejuang Majalengka,sentral atau gardu induk ini berada di pinggir jalan sekitar Leuwiseeng,sampai sekarang penduduk sekitar menamakan tempat itu dgn sebutan sentral.Menurut keterangan orang tua dulu sebenarnya gardu induk seperti ini ada dua,satunya dekat Markas Militer Marsose yg kini jadi KODIM Tonjong..sama sudah tidak tersisa lagi.Selain Sentral yg terdapat dipinggir kota Majalengka ada satu yg masih tersisa dari instalasi listrik jaman Kolonial yaitu rumah traffo atau Krachtstesen kota..memang sudah kosong tanpa traffo didalamnya,tapi rumah nya masih ada masih kokoh terbuat dari plat besi tebal dengan ukuran tinggi,lebar,dan panjang sekitar 100 cm.Pastinya trafo didalamnya kalo masih ada juga sudah tdk bisa dipakai lagi karena dulu voltase nya beda dgn jaman sekarang ,dulu 110 v sekarang sudah 220 v.
Bekas rumah gardu listrik kota ini berada di pinggir jalan Utama perempatan jl Emen Slamet dan Jl Satari dulu perempatan jalan ini disebut Permpatan Pajagan dimana disitu terdapat gada gada kota dan ada dua orang atau lebih tentara Belanda selalu menjaga dan memeriksa siapa saja yg masuk kota Majalengka ,,Pajagan tempat Penjagaan.!!, mungkin demikian.Rumah Trafo kota ini kini makin terpojok dan tak terawat,penuh karat namun masih kuat.Jika waktu sore datang tertutup tenda warung sate Madura dan menemani mas Ipul jualan sampe malam.
Jika benar benda ini sisa instalasi listrik jaman kolonial Belanda 1925 sepatutnya kita jaga jangan sampa hilang atau dirusak
.


Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.

Sabtu, 13 Oktober 2018

GUNUNG AGEUNG - CIPASUNG, LEMAHSUGIH

Gunung Ageung Cipasung Lemahsugih, kearifan lokal yang masih dijaga.
     Di kaki pegunungan Cakra Buana tepatnya gunung Ageung, ada kawasan hutan lindung yang masih asri dan dipertahankan alami, bukan oleh peraturan hukum yang ketat tapi ada kaarifan lokalya yang masih dipakai sampai sekarang. Diantaranya istilah pamali, wingit, sangar dan segala aturan tidak  tertulis di daerah tersebut yang menjadikan keadaan hutan dan isinya masih alami sekitar 65 hektar .
Luasnya Gunung Ageung yang penuh dengan isinya, mulai dari flora sampai fauna. Selain itu ada 14 tempat yang disakralkeun.
     Tim Grumala cuma bisa mencapai 4 tempat, karena waktu dan perjalanan yang lumayan berat. Dan menurut Kang Heri selaku kuncen gunung ageung, masih ada macan kumbang yang lumayan galak, ular dan babi hutan.
Empat yang tempat yang bisa kita kunjungi yaitu:
1. Batu Kapur, merupakan batu besar yang mempunyai arti pintu gerbang ka kawasan gunung ageung. 
    Bentukna saperti batu biasa,ukurana lumayan besar
2. Sanghyang Dewi Citra mangrupa palataran agak luas dan ada mata air yang airnya bening
3. Sanghyang Pamangkatan merupakan gundukan batu. Ada yang ulat dan yang panjang.
4. Sanghyang Payung. Kumpulan batu berbagai bentuk. Dan ada batu berdiri yang meirip dengan 
    senjata kujang, dan menurut cerita, merupakan patilasan Prabu Siliwangi
     Perjalanan tidak bisa diteruskan ke 10 tempat lagi karena sudah terlalu sore. Ada penemuan Kang Heri nu cukup menarik yaitu batu panjang mirip Lingga, dan bila dipukul suaranya seperti gamelan
Kemudian ada susunan batu kotak punden berundak yang batunya mirip kepala kuda dan belum bisa ke ke sana. Mudah2an masih ada kesempatan untuk mengunjungi tempat ini lagi.

Gambar mungkin berisi: 4 orang, termasuk Sofyan Affandie, tanaman dan luar ruangan


Gambar mungkin berisi: luar ruangan

Gambar mungkin berisi: tanaman dan luar ruangan


Situs Sanghyang Prabu Siliwangi
Situs Sanghyang Prabu Siliwangi

Situs Sanghyang Ujung Kulon
Situs Sanghyang Ujung Kulon

Situs Sanghyang Peti
Situs Sanghyang Peti




LINGGA SUKAMANAH.

LINGGA SUKAMANAH.
Lingga ieu ayana di Desa Sukamanah kecamatan Banjaran.tepatna di komplek makam Tanjungsari.urang dinya nyebutna Batu Sirit ( alat kelamin lalaki..basa Cirebonan.?? )..mgkn lingga nu hijina bentukna mirip bobogaan lalaki jd dingaranan kitu,anu hijinamah bentukna persegi panjang bae rada melengkung,jangkungna sakira 1 meteran,handapna rada kakubur.di sekitar Lingga aya sbraha makam heubeul diantarana makam karuhun urang dinya katelah Dalem Pananjung,taya nu apal ti iraha ayana kadua Lingga eta,naha titinggal Krajaan Talaga Manggung? Sbb tempatna deukeut ka Situ Sangiang jg lembur Kagok.atau mgkn oge aya jauh samemeh ngadegna Talaga Manggung ? Aya carita pernah aya nu mindahkeun ka pasir blah wetanna ngan cenah balik deui ka tempat asalna,maklum wae sok aya carita mistisna dinu hal kieu mah,kaarifan lokal nu bisa ngajaga Lingga ieu tetep aya..kanggo Rian hatur nuhun impormasina



Gambar mungkin berisi: tanaman, luar ruangan dan alam

Gambar mungkin berisi: tanaman, luar ruangan dan alam


Gambar mungkin berisi: Sofyan Affandie, tersenyum, duduk, pohon, tanaman, luar ruangan dan alam


SITU SANGIANG

     Tanggal 24 Desember 1980, merupakan masa kelam bagi Situ sangiang dengan adanya bencana longsor dan banjir bandang. Korban mecapai 200an karena tersapu banjir.
Dahulu sampai sekarang pun, Situ Sangiang sangat mempesona.
Bisa dilihat dari foto-foto di bawah ini, dari jaman jaman Hindia Belanda sampai sekarang.

Photographer : Lonkhuyzen (J.J. van Lonkhuyzen)
Groepsportret in het bos onder de wortels van een woudreus, in de buurt van
Sangian gelegen op de hellingen van de vulkaan Tjareme, West-Java, 1918

Groepsportret van drie kinderen op een bamboe constructie
aan de weg van Koeningan naar Tjikidjing, West-Java, 1918

Gambar mungkin berisi: pohon, luar ruangan, air dan alam
Het plaatsje Darma ten westen van Koeningan gelegen op de 
flanken van de vulkaan Goenoeng Tjareme, West-Java, 1917

Gambar mungkin berisi: gunung, langit, pohon, luar ruangan dan alam
Landschap met de vulkaan Tjareme (Tjermai) op de achtergrond, West-Java, 1918

Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih, pohon, tanaman, luar ruangan dan alam
Tocht met een draagstoel van Sangiang naar Telaga, West-Java, 1918

Gambar mungkin berisi: langit, pohon, tanaman, awan, gunung, luar ruangan dan alam
Uitzicht over de vlakte van Telaga in de afdeling Madjalengka, West-Java, 1918
sumber: Tropenmuseum

Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih, pohon, tanaman, luar ruangan, alam dan air
Aan de oever van het meer van Sangiang op de hellingen van de vulkaan Tjareme, West-Java, 1918







LUAPAN LUMPUR DI ALUN MAJALENGKA

LUAPAN LUMPUR DI ALUN MAJALENGKA
     Cerita tentang luapan lumpur di alun alun Majalengka memang ada,itupun dari para sepuh yg masih hidup,biasanya mereka pun tidak ada yg mengalaminya ,cerita kejadian aneh yg hampir punah..!!
Saya sempat nanya ke orang tua tentang adanya kejadian sekitar tahun 1910-1920 dimana di tengah alun alun Majalengka waktu itu masih terdapat pohon beringin di dekat pohon beringin itu keluar lumpur dan membentuk kubangan,memang orang tua pernah mendengar cerita kejadian singkat namun sedikit menakutkan katanya.Setelah kubangan lumpur berhenti ada lagi kejadian alam lainnya yaitu tanah amblas di sekitar Roemah Pendjara kini Lembaga Pemasyarakatan Majalengka,itu menurut cerita orang tua saya.
Kemarin saya dapat photo tentang amblasnya tanah di jalan raya Majalengka dari Kang Rian Arfiansyah Soebagja yg sumbernya dari e book kebencanaan Indonesia,sayang tidak disertai dengan keterangan tahun berapa,cuma kalo diperhhatikan memang itu photo lama.
     Mungkin cerita kejadian alam luapan lumpur di alun Majalengka benar adanya dan sempat membuat geger penduduk kota Majalengka,layaknya Luapan lumpur Lapindo atau musibah yg kini terjadi di Palu Likuifaksi tanah.Waktu itu luapan lumpur di alun alun Majalengka berhasil dihentikan karena ada keahlian dari seseorang yg bernama Raden Sunjaya Asnap ,entah dengan cara apa luapan lumpur bisa berhenti,atas jasanya waktu itu Raden Sunjaya diberi lahan tanah yg cukup luas,kereta ( bendi) dengan kudanya yg gagah.Raden Sunjaya selain berilmu tinggi beliau juga mempunyai keahlian dalam meramu obat tradisiomal tahun 1927 Raden Sunjaya meninggal dan dimakamkan di pemakaman umum Pasir Muncang tonggoh,orang sekitar dan keturunannya menyebutnya Embah Buyut Dukun.Sayang keahliannya tidak diturunkan kepada anak cucunya termasuk buyutnya yaitu Wa Ahmad Soeardy..hehe..
     Cerita Kejadian alam luapan lumpur alun Majalengka ini jgn sampai hilang ditelan jaman,agar kita slalu waspada bahwa bencana seperti ini bisa terjadi dimana saja.

Gambar mungkin berisi: luar ruangan

Gambar mungkin berisi: sepatu dan luar ruangan

Jumat, 12 Oktober 2018

Agresi Milter

Patroli tentara Belanda di daerah Lemahputih.
Agresi Militer 1947.
(Indiegangers ).

Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih dan luar ruangan

Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih dan luar ruangan

Tentara Belanda menyisir kampong dengan memeriksa sejumlah rumah pendududk .
Lemahputih 1947.
(indiegangers)

Seorang penduduk yg ditemui tentara Belanda di Lemahputih.
Politionel Actie ,Agresi Militer Belanda 1947.( gahetna ,indieganger ).

Pesawat cargo Belanda menjatuhkan logistik di daerah Lemahputih 1947.Belanda berusaha mempertahankan wilayah Lemahputih dari serangan pejuang Majalengka disana terdapat tempat vital diantaranya adalah Onderneming teh Tjarenang yg kerap diserang pejuang.
( sumber Gahetna ).

Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih dan luar ruangan

Gambar mungkin berisi: luar ruangan

Tentara Belanda menembakan senjata mutakhirnya mortir kanon ke arah para pejuang Majalengka.Krisik (?).
Lemahputih 1947.
Photo sumber koleksi HR Wanshink eks tentara Belanda.
Gambar mungkin berisi: 1 orang, duduk dan luar ruangan

Kontak senjata antara tentara Belanda dg pejuang Majalengka.
Saluran irigasi Kamun.Politionel Actie Agresi Militer Belanda 1947.( gahetna, national arvhiev Belanda ).
Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih dan luar ruangan