Senin, 22 Oktober 2018

MESJID-MESJID TUA DI MAJALENGKA

1. MESJID TERTUA DI KARANG SAMBUNG KADIPATEN KAB. MAJALENGKA
     Mesjid Jami Darussalam yang berada di Desa Karangsambung, kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka adalah mesjid tertua di Kabupaten Majalengka yang diperkirakan dibangun abad ke-15 oleh anak buah Sunan Gunung Jati.
     Para pembantu Sunan Gunung Jati yang membangun mesjid tersebut diantaranya adalah ki Gedeng Pancuh, Ki Gedeng Curug Landung, Ki Gedeng Magelung, Ki Gedeng Babadan, Ki Gedeng Sawit, Ki Gedeng Keked, Ki Gedeng Bango Dua dan Ki Gedeng Hanjatan (Sumber: PR 5 Juni 2016).
     Peninggalan yang masih tersisa adalah bedug kayu jati berdiameter 80 cm dengan panjang 1 meter. Selama ini pemerintah desa setempat hanya mengganti kulit bedug setiap tiga tahun sekali.
     Selain itu beberapa tiang penyangga mesjid, disinyalir masih menggunakan tiang kuno yang terbuat dari cacahan "Tatal" kayu yang direkatkan dan dibentuk balok tiang.
Di tembok bagian depan masih terdapat beberapa potongan keramik kuno peninggalan Sunan Gunung Jati. Mesjid ini sudah mengalami beberapa kali renovasi dan hanya menyisakan momolo dan tiang asli yang masih berdiri.

Gambar mungkin berisi: luar ruangan
Mesjid Jami Darussalam, Desa Karangsambung

Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih dan orang berdiri

Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.
Potongan keramik kuno peninggalan Sunan Gunung Jati

     Salah satu yang ditinggalkan dari Mesjid Jami Darussalam adalah Kursi Sumpah. Kursi sumpah ini masih ada tetapi tinggal kerangka kayunya saja. Kursi sumpah adalah kursi kejujuran. Barang siapa orang yang berbohong atau tidak jujur dan duduk di kursi tersebut bakal tidak bisa lepas lagi. Begitupun sebaliknya bila orang tersebut jujur maka pastinya kan lepas dan bebas.
     Sekitar tahun 1970 an kursi ini sudah tidak dipakai lagi, mungkin karena kebijakan pemerintah.
Kerangka Kursi Sumpah


2. MESJID PUSAKA DI TALAGA
     Terletak di blok ISTANA. desa talagawetan kecamatan Talaga kabupaten Majalalengka. entah ada peleburan kalimat atau kelatahan dialek setempat sekarang blok ini terkenal dengan sebutan blok ASTANA
menurut ( Alm.) Rd. Aruman Julia Sumantri. seorang tokoh di Desa Talagawetan. menuturkan kepada saya. bahwa mesjid pusaka talaga ini dibangun kisaran tahun 1635 M dan merupakan peninggalan raja ke IX Negri Talaga yaitu Rd Arya Surawidjaya atau yang dikenal denga Sunan CIburuy. dan momolo (kubah) mesjid masih menggunakan kubah peninggalan Sunan Ciburuy, yang berbahan tembaga berlapis kuningan. konon. sebuah tasbih yang tersimpan didalamnya juga merupakan peninggalan Arya Saringsingan , Mahapatih Talaga di era Sunan Ciburuy.
     Mesjid ini terletak 300 meter menuju ke situs Makan Ciburuy. atau kurang lebih 1 km arah barat dari museum talagamanggung.
Dan hingga kini mesjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan di Blok Astana dan blok Ciburuy desa Talagawetan .
==================================
SEPENGGAL KISAH SUNAN CIBURUY
==================================
     Raden Arya Adipati Surawijaya dalam melaksanakan tugas pemerintahannya didampingi Sang Maha Patih, Aria Paningsingan,(?) ataukah Arya Saringsingan (?) seorang senapati yang gagah dan berani.
     Pada era Raden Arya Surawijaya, tatanan perekonomian di Kerajaan Talaga sangatlah berkembang dengan pesat, , hingga talaga menjadi jalan perdagangan Negara Negara di pulau Jawa maupun dari Eropa dan tanah China, terbukti dengan adanya peninggalan peninggalan kramik China, mata uang logam dan kain batik jawaan yang masih tersimpan di muaseum selain itu di talaga juga terdapat kuburan kuburan pedagang cina yang bermukim di talaga.
     Di bidang pertanian juga tak kalah pesatnya, terutama tanaman padi dan palawija, hingga kini beberapa bidang pesawahan kuno masih terpelihara di daerah Cikiray Talaga dan Komplek Sawahlega Cikijing.
di bidang keagamaan. di era beliau juga banyak tumbuh berkempang padepokan Islam (pesantren) dan banyak dibangun sarana ibadah. mesjid, mushola atau langgar. pada era belau juga mulai berkembang seni kaligrafi islam dan seni membaca alquran (tilawah) seni gembyung dan bermunculan pantun pantun yang bertemakan islam nadhom dan lain lain

3. MESJID PUSAKA DI CIKIJING
     Pada tahun 1529, Ratu PArung dan suaminya, Raden Ragamantri mengucapkan syahadat. mereka masuk agama Islam melalui Sunan Gunung Jati yang dibantu para Mubalig Cirebon. Sunan Gunung Jati (syarif Hidayatullah) lalu memberikan gelar Prabu Pucuk Umum Talaga kepada Raden Ragamantri sebagai bentuk penghormatan kepada beliau dan keluarga besar Talaga.
     Salah satu Mubaligh itu bernama Rd Nalagati.
     Setelah itu Rd. NALAGATI berniat kembali ke Cirebon. Dalam perjalanan pulang tersebut melewati sebuah hutan kecil yang dilingkari rawa-rawa yang banyak dihuni oleh Kerang Putih dalam bahasa sundanya di sebut (Kijing). Kemudian Rd Nalagati, memutuskan untuk bermukim di daerah ini. Sejak itulah Rd Nalagati bermukim dan memberi nama dengan sebutan “CIKIJING”. Nama ini diambil dari kerang yang hidup di air rawa, dalam bahasa sunda air disebuut kerang (Kijing). Maka disebutlah nama Cikijing artinya kerang yang hidup di air rawa, selanjutnya kerang (Kijing) dijadikan lambang Desa Cikijing.
     Rd. NALAGATI mengembangkan ajaran agama islam dicikijing. Sehingga para santri dan masyarakat sekitar memberinya nama K.H ABDUL FATAH. ( bapak pembuka agama) hingga kini nama tersebut diabadikan menjadi nama sebuah jalan utama di cikijing arah kab kuningan.
     Dan kini salah satu peninggalan yg masih tersisa adalah mesjid pusaka Attaqwa yg terletak di blok ahad desa cikijing kec cikijing. Yang merupakan mesjid pertama di kec cikijing kab Majalengka. Yang dibangun pd tahun 1532m.
Namun sayang kini mesjid tersebut sudah mengalami renovasi total. Hingga bekas bekas bangunan awalnya sudah tidak nampak lagi.
Gambar mungkin berisi: langit, pohon dan luar ruangan
Ilustrasi Mesjid kuno

4. Mesjid Al-Imam
     Mesjid Al-Imam sendiri adalah mesjid yang ada di kota Majalengka. Sebelah barat Alun-alun dan Pendopo Kabupaten. Dahulu Mesjid Al Imam sebelum menjadi mesjid Agung kabupaten Majalengka adalah sebuah mesjid kecil, Pada awalnya sekitar tahun 1884 mesjid ini  hanyalah mesjid dalam bentuk panggung yang berada  sebelah barat alun alun di Desa Majalengka kulon atau sebelah kiri depan  balai desa Majalengka kulon (sebelum di pindahkan). Pemberian nama mesjid berawal dari keluarga KH.Imam Safari (Kakek dari KH. Abdul Halim) yang mewakafkan sebagian tanahnya untuk dibangun sebuah tempat ibadah sehingga untuk mengenangnya maka mesjid ini diberi nama Mesjid Al Imam.          Mesjid ini telah mengalami beberapa kali renovasi sampai kebentuknya mesjid yang sekarang. Berkat prakarsa Kyai Imam Safari yang saat itu menjabat sebagai penghulu kabupaten, mesjid itu kemudian direnovasi. Pengganti Kyai Imam Safari yakni Kyai Hasan Basyari sekitar tahun 1888 juga melakukan renovasi namun tidak merubah bentuk .Baru pada tahun 1900 dibawah pimpinan Bupati Raden Mas Salam Salmon dengan penghulu kabupaten Kyai Haji Muhammad Ilyas terjadi perubahan secara menyeluruh hingga mesjid yang tadinya berbentuk panggung dirubah menjadi lantai.
Ilustrasi Mesjid Alimam tahun 1884
Ilustrasi Mesjid Al-Imam tahun 1950.

     Bentuk mesjid tahun 50an menurut sumber cerita , masih sangat sederhana bangunan mesjid ada dua lokal dengan dua atap tersambung, dilokal yang pertama ada empat tiang tinggi persegi  dari kayu jati yang kokoh menopang ruang diatas seperti tingkat atau loteng yang disertai tangga untuk keatas,  ini bukan loteng tapi hanya sekedar ruang tempat bedug atau pengeras suara lainnya kemudian sekeliling mesjid dipagari dari besi dengan bentuk sederhana dari tiang satu ke tiang lainnya, diatas bangunan ada semacam tanda mesjid terbuat dari gerabah buatan plered berbentuk segitigabulatpanjang terletak diatap mesjid .      Mesjid Al-Imam kemudian mengalami perombakan total terjadi pada tahun 1967 pada masa Bupati Kolonel Rd. Anwar Sutisna dan dilanjutkan oleh Bupati Rd.Saleh Sediana.Mesjid yang tadinya hanya satu lantai berubah bentuk menjadi dua lantai .
Perombakan total mesjid tersebut memakan waktu yang cukup lama ,secara keseluruhan pembangunan Mesjid Al-Imam baru dapat dituntaskan pada tahun 1977.Pada masa kepemimpinan Bupati Haji Rd.E.Djaelani SH pada tahun 1984 mesjid ini dirobak sekaligus diperluas agar bisa menampung jamaah lebih banyak.
Mesjid Al-Imam Tahun 1960an
     Pada tahun 1990 Mesjid Al-Imam terus dipercantik dengan merubah bentuk atapnya menjadi bentuk kubah.Dan terakhir pada tahun 2003 pada masa kepemimpinan Bupati Hj.Tutty Hayati Anwar.SH.M.Si.,dilakukan renovasi bagian dalam dan pembangunan empat buah kubah .
Mesjid Al-Imam tahun 1990an




Tidak ada komentar:

Posting Komentar