Budaya yang hampir punah Tenun buhun di Nunuk.
Kampung buhun yang menyimpan potensi berupa keindahan alam dan budayanya. Salah satunya budaya tenun tradisional. Hasil tenun tradisional di Desa Nunuk Baru yaitu kain samping / karembong dan kain boeh / kafan.
Kampung buhun yang menyimpan potensi berupa keindahan alam dan budayanya. Salah satunya budaya tenun tradisional. Hasil tenun tradisional di Desa Nunuk Baru yaitu kain samping / karembong dan kain boeh / kafan.
Yang ditemui oleh Grumala, ada 2 orang pengrajin yaitu Nini Sumah ma Oyot Iti. Usia keduanya lebih dari 80 tahun. Keduanya sudah jarang bertenun. Tidak seperti dulu satu samping bisa dikerjakan dalam waktu 2-3 hari dan kai kafan sekitar 5 hari. Dengan kondisi sekarang mungkin bisa dikerjakan dalam waktu seminggu dan kadang lebih.
Kendala yang lainnya bahan baku kapas yang susah, jarang yang membudidayakan dan menanam nya karena dianggap tidak produkti. Mungkin lebih menghasilkan untuk menanam jagung atau bawang. Yang menanam kapas, mungkin bisa di hitung dengan jari.
Proses yang rumit dan waktu yang lama serta penuh keuletan dan beberapa tahapan bertenun. dari mulai menjemur kapas , mintal kapas, ngarasi benang,mintal benang ke kayu ulak, mihane atau nyisir benang,memasukkan benang ke suri sampai proses terakhir menenun dengan alat yang masih tradisionak yang terbuat dari kayu. Mungkin itu yang memjadi alasan generasi penerusn kurang tertarik Ketika ditanyakan ke cucu nini Sumah juga kurang minat. Dan akhirnya tidak ada generasi penerus yang melanjutkan, padahal pesanan kain samping dan kain boeh / kafan masih ada. karena khususnya ibu ibu dari desa Nunuk masih menggunakan karembong / kaing samping untuk membawa sesuatu daripada menggunakan buatan pabrik. Karembong / kain samping buatan nunuk di hargai 100 ribu rupiah. Untuk kain kafan / boeh dihargai 120 ribu rupiah
Sangat disayangkan apabila budaya tenun buhun di Nunuk baru punah tanpa generasi penerus.
Mudah2an ada generasi penerus yang mau dan tertaris untuk melesatrikan salah satu budaya sunda buhun.
Proses yang rumit dan waktu yang lama serta penuh keuletan dan beberapa tahapan bertenun. dari mulai menjemur kapas , mintal kapas, ngarasi benang,mintal benang ke kayu ulak, mihane atau nyisir benang,memasukkan benang ke suri sampai proses terakhir menenun dengan alat yang masih tradisionak yang terbuat dari kayu. Mungkin itu yang memjadi alasan generasi penerusn kurang tertarik Ketika ditanyakan ke cucu nini Sumah juga kurang minat. Dan akhirnya tidak ada generasi penerus yang melanjutkan, padahal pesanan kain samping dan kain boeh / kafan masih ada. karena khususnya ibu ibu dari desa Nunuk masih menggunakan karembong / kaing samping untuk membawa sesuatu daripada menggunakan buatan pabrik. Karembong / kain samping buatan nunuk di hargai 100 ribu rupiah. Untuk kain kafan / boeh dihargai 120 ribu rupiah
Sangat disayangkan apabila budaya tenun buhun di Nunuk baru punah tanpa generasi penerus.
Mudah2an ada generasi penerus yang mau dan tertaris untuk melesatrikan salah satu budaya sunda buhun.

(Photo: Mang Naro dan tinun buhun gadod)

(Ma oyot menunjukkan keahliannya
meskipun dengan penglihatan yang kurang)

(Photo : Suasana Desa Nunuk yang sangat Indah

Prasati Bedol desa atau perpindahan penduduk dari Desa Nunuk Maja ke Kodasari Ligung

Sungai Cisuluheun - Nunuk Baru

Sungai Cisuluheun - Nunuk Baru
Perkakas Batu dan Arca di Nunuk
Perkakas batu seperti ini pernah juga ditemukan di pinggiran Majalengka. Sama seperti "talenan" yaitu alat untuk membuat ramuan alami.
Yang satunya mirip Arca kepala manusia. Di Majalengka pernah ditemukan di makam "buhun" yang jauh dari kampung.
Bedanya dengan yang di Nunuk yang berukuran besar. Masih dalam tanda tanya, perkakas batu dan arca di Nunuk ini pada jaman apa? Harus ada penelitian yang lebih mendalam dan mudah2an terungkap kehidupan dan kebudayaan di Nunuk di masa silam.
Apabila ini termasuk arca polinesia, mungkin di Nunuk sudah ada kebudayaannya.
Kita serahkan ke ahlinya










Tidak ada komentar:
Posting Komentar