S
|
ekitar lima ratus meter dari Gedong
Panjang ke arah barat masih di Jalan Kiai Haji Abdul Halim
terdapat sebuah bangunan yang unik dan
artistik. keunikannya adalah ada semacam
menara di sayap kanan bagian
depan gedung. Menara setinggi tiga lantai itu
dilengkapi menara pandang pada lantai ke tiga. Pada tiap-tiap sisi menara
terdapat satu lingkaran untuk memandang ke empat arah penjuru angin. Untuk
sampai ke atas kita harus menaiki 33 anak tangga yang terdiri 11 anak tangga
dari lantai satu ke lantai dua, lima belas anak tangga dari lantai dua ke
lantai tiga, dan tujuh anak tangga dari lantai dua ke tempat untuk mengamati
kota Majalengka dari lantai paling atas.
Untuk ukuran zamannya, gedung ini paling tinggi di
bandingkan gedung-gedung yang ada di kota Majalengka sehingga
masyarakat menyebut bangunan ini sebagai
Gedong
Jangkung



Pada sayap kiri terdapat tempat pelataran, mungkin
dulunya digunakan untuk bersantai, dan di
lantai dua untuk menjemur pakaian merupakan kebiasaan yang baru berlangsung
belakangan ini. Untuk mencapai tempat ini ada tangga di sebelah timur dengan
lima belas anak tangga. Apabila tangga pada menara di sayap kanan terbuat dari
kayu jati, tangga di sayap kiri terbuat dari semen batu. Lantainya menggunakan tegel berwarna kuning yang masih
dipertahankan keasliannya. Kualitas tegelnya pun masih sangat bagus.
Pintu utama terbuat dari kayu jati dengan kaca berwarna
hijau, coklat, dan abu-abu. Pintunya berwarna coklat
terdiri atas dua bilah daun. Bagian atas pintu terdapat kaca berbentuk setengah
lingkaran. Lantai ruang tamu bertegel coklat berbintik-bintik dengan ukuran 20
cm X 20 cm. terdapat satu jalur tegel berhiaskan huruf “S” saling berhadap-hadapan.
Jalurnya mengikuti bentuk ruang tamu yang bersisi 6.
Keempat sisi gedung memiliki pintu masing-masing. Ada
pintu yang menghadap timur, selatan, barat, dan utara. Pintu yang menghadap
utara berdempetan dengan pintu yang menghadap timur. Pintu yang menghadap barat
mempunyai bentuk yang sama dengan pintu yang menghadap selatan.
Bagian dalam bangunan tampak luas
dan tinggi meninggalkan kesan
luas dan lapang.
Terdiri atas 3 kamar tidur yang luas,
ruang
tamu,
ruang
keluarga, ruang dapur, ruang tengah, 2 kamar mandi.
Kaca-kaca ruangan
yang berwarna dan yang bermotif
tumbuhan menambah aura
antik yang kental.
Melangkah ke luar gedung dari pintu belakang menuju samping, di
sayap
bagian
kiri
terdapat tangga menuju
teras
atas. Sebuah teras atas
yang
cukup luas
untuk tempat bermain, teduh dipayungi
oleh dedaunan pohon mangga yang rimbun. Dari teras atas ini, kita
dapat melihat Jalan Raya K.H
Abdul Halim yang tepat di
depan gedung dan juga melihat halaman samping sebuah gedung antik lainnya
di sebelah kiri.
Hilir mudik kendaraan yang melintas
di Jalan
K.H Abdul Halim tampak terlihat jelas dari teras
atas Gedong Jangkung ini. Meski begitu
tak
sepenuhnya mengganggu
ketenangan karena kesan
adem dan tenang terasa
dominan di bagian ini.
Halaman
yang luas di depan, samping
kiri
kanan dan belakang gedung dengan naungan pohon
mangga yang besar-
besar menciptakan
kesejukan bagi penghuni dan orang-
orang yang singgah di gedung ini. Sehingga
menghadirkan
rasa betah
dan ingin kembali menikmati
keartistikan
dan ketenangan di dalamnya.
Di halaman belakang terdapat gudang tempat
menyimpan barang-barang yang sudah tidak terpakai
lagi. Kemungkinan dulu
dipergunakan untuk
menyimpan kuda atau kendaraan pemilik gedung. Halaman belakang ini terlihat jelas
dilihat dari ruang keluarga atau ruang tengah bagian
dalam gedung yang
desain kacanya dibuat melengkung.
Untuk masuk ke dalam Gedong Jangkung, baik dari pintu depan
maupun pintu samping harus melalui
beberapa anak tangga. Salah satu sudut bagian dalam
gedung disajikan pada Gambar 8. Pondasi
bangunan memang dirancang lebih tinggi dari
halaman. Hal ini menambah kesan
anggun
dan berwibawa bagi Gedong Jangkung, terlebih lagi letaknya di ruas jalan utama
di jantung kota
Majalengka sehingga
cukup menarik perhatian
bagi
banyak orang yang kebetulan melintas. Selain itu dekat dengan pusat perbelanjaan dan
juga
berseberangan dengan sebuah bank swasta dan juga sarana publik lainnya.
Di sebelah barat gedung terdapat plakat buk
loneng di sungai samping gedung ini
yang
bertuliskan “Tjiani 1913”.
Tjiani merupakan drainase
kota Majalengka. Semua pembuangan limbah
dari rumah-rumah di sepanjang jalan utama mengalir ke sungai itu
yang
selanjutnya mengalir ke sungai sebelah barat yang dipakai mengairi sawah
di Blok Dawuan
Gayam. Seterusnya mengalir ke sungai Cibasale.
Tjiani
adalah tempat penampungan drainase
kota sebelah utara yang terhitung paling awal diberesi.
Sebelah selatannya ada Citangkurak, Cipereng yang
masing-masing diberesi
tahun 1930-an.
Dari penuturan H. Ali Saleh, pemilik
Gedong
Jangkung saat
ini,
Gedong itu dibangun oleh seorang saudagar kaya keturunan
Cina yang usahanya di bidang hasil bumi
bernama Tjia Tjoe Bie. Dia merupakan ayah dari Tji Kian Liong atau yang lebih dikenal dengan nama William Soerjadjaja
atau Om Willem, pendiri ASTRA International.
Konon William Soerjadjaja lahir di Gedong Jangkung
tanggal 23 Desember 1923. Kemungkinan
masih
bersaudara dengan keluarga pabrik kecap
Tjia Tjun Teng di
samping gedung toko Yogya
Lama. Saat Wiiliam Soerjadjaja
hendak sekolah ke Belanda, beliau menawarkan gedung tersebut kepada Abah Saleh,
sahabatnya. Gedong Jangkung akhirnya beralih kepemilikan kepada Abah Saleh. Sekarang
dirawat oleh putranya H. Ali Saleh.
Gedong Jangkung merupakan salah
satu dari sedikit bangunan tua yang masih tersisa di Majalengka. Saksi
bisu dari perjalanan sejarah
bangsa dan kota Majalengka selama
beberapa dekade dan bahkan telah
menginjak hitungan abad. Meski
sejarah otentiknya belum
tergali
secara pasti, namun
yang
jelas keberadaanya telah
menunjukkan warisan masa lalu
kepada generasi muda sekarang. Suatu
bangunan yang memiliki nilai sejarah, dapat dilihat secara langsung, tak
hanya
melalui buku-buku atau
pun gambar-gambar di
internet semata.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar