Selasa, 04 September 2018

WATERLEIDENG PANTAN CIGOWONG

S
ebuah manuskrip yang disimpan di Belanda menyebutkan adanya peresmian jalan Maja-Talaga oleh Bupati Majalengka R.M.A.A Suriatanudibrata. Selain itu manuskrip itu menyebutkan tentang peresmian Watterleideng Bedrift atau saluran air bersih di Talaga yang dilaksanakan pada tanggal 2 November 1936 di Pasanggrahan.



Gambar mungkin berisi: luar ruangan

Watterleideng Bedrift, kemungkinan besar merujuk pada nama sebagai tempat penampungan air lain yang belum terungkap, tetapi yang sudah pasti adalah adanya Watterleideng  (penampungan air bersih) di Pantan Cigowong Desa Ganeas (Gambar 15). Watterleideng yang diresmikan pada 2 November 1936 itu juga konon bersamaan dengan ulang tahun Ratu Wilhelmina.
Pantan Cigowong lokasinya cukup jauh dari akses jalan raya. Namun pemilihan tempat ini rupanya tepat adanya karena sumber air di Pantan Cigowong ini cukup melimpah, yang airnya jernih dan sejuk. Perjalanan menuju Pantan Cigowong cukup jauh dan hanya dapat dilakukan dengan berjalan kaki. Tidak ada akses jalan untuk kendaraan baik roda dua sekalipun. Satu-satunya cara adalah dengan menyusuri jalan setapak di sepanjang jalur saluran irigasi.
Tembok bendungan watterleideng ini masih tampak berdiri kokoh kendati dibangun lebih dari delapan dasawarsa yang lalu. Warisan pembangunan zaman Belanda ini rupanya dimanfaatkan pula oleh pemerintah sekarang sebagai sumber pengairan.

Gambar mungkin berisi: luar ruangan dan air


Tidak ada teks alternatif otomatis yang tersedia.

Pada tahun 1970, melalui program PU Infrastruktur Pedesaan dibuatlah terowongan saluran air yang mengalirkan air dari Pantan Cigowong ke sawah-sawah di sekitar Desa Ganeas. Pada bulan November 1971, terowongan ini selesai pembangunannya dan airnya mengalir ke sawah-sawah masyarakat (Gambar 16).
            Menurut keterangan salah seorang warga setempat, Pak Eman (70 tahun) menerangkan bahwa Dinas PU mengamanahi ayahnya yang bernama Pak Askim, untuk mencari orang yang sanggup membuat terowongan menembus gunung yang panjangnya 150 meter. Akhirnya Pak Askim menemukan orang yang sanggup melakukannya yaitu Pak Maksum yang berasal dari Selaawi Bantarujeg. Dengan dibantu oleh 8 orang temannya, yang menggunakan peralatan sangat sederhana, pekerjaan besar pun dimulai sampai selesai.
Pekerjaan membuat terowongan oleh tim kecil itu dimulai dengan membaginya menjadi dua kelompok. Pekerjaan dimulai dengan menggali dari kedua titik terluar gunung yang nantinya akan bertemu di titik tengah terowongan. 

Teknologi sederhana untuk menentukan bagian mana yang harus digali adalah hanya dengan mengandalkan lampu petromak. Dengan teori sederhana, sorot cahaya lampu selalu lurus maka lampu petromak berfungsi sebagai ukuran menentukan titik gali. Dari bagian hulu dan hilir dilakukan dengan cara yang sama. Tidaklah heran karena menggunakan peralatan dan teknologi sederhana, maka ketika di titik tengah pertemuan saluran, terdapat perbedaan setengah meter dari titik temu yang seharusnya. Itulah sebabnya di tengah titik temu ada “curugan” sekitar setengah meter untuk menyambungkan saluran dari hulu dan hilir.
Pekerjaan membuat terowongan ini selesai dalam waktu 3 bulan. Pak Maksum dan teman-temannya berhasil mengalahkan pengapnya udara dalam terowongan sepanjang 150 m dan tinggi 80 cm, menghindari kemungkinan bertemu dengan batu besar yang akan mempersulit penggalian, menyelesaikan dalam waktu tiga bulan, selamat tanpa ada kecelakaan apa pun, mulus dan menghasilkan terowongan air yang terbentang lurus dari hulu ke hilir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar