Minggu, 02 September 2018

Gedong Jangkung Majalengka

     
S
ekitar lima ratus meter dari Gedong Panjang ke arah barat masih di Jalan  Kiai Haji Abdul Halim terdapat sebuah bangunan yang unik dan artistik. keunikannya adalah ada semacam menara di sayap kanan bagian  depan gedung. Menara setinggi tiga lantai itu dilengkapi menara pandang pada lantai ke tiga. Pada tiap-tiap sisi menara terdapat satu lingkaran untuk memandang ke empat arah penjuru angin. Untuk sampai ke atas kita harus menaiki 33 anak tangga yang terdiri 11 anak tangga dari lantai satu ke lantai dua, lima belas anak tangga dari lantai dua ke lantai tiga, dan tujuh anak tangga dari lantai dua ke tempat untuk mengamati kota Majalengka dari lantai paling atas.
Untuk ukuran zamannya, gedung ini paling tinggi di bandingkan gedung-gedung yang ada di kota Majalengka sehingga masyarakat menyebut bangunan ini sebagai Gedong Jangkung

Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih, orang berdiri, rumah dan luar ruangan  Gambar mungkin berisi: 5 orang, termasuk Andi Iman Wandi dan NaRo, orang tersenyum, langit dan luar ruangan

  



Pada sayap kiri terdapat tempat pelataran, mungkin dulunya digunakan untuk bersantai, dan di lantai dua untuk menjemur pakaian merupakan kebiasaan yang baru berlangsung belakangan ini. Untuk mencapai tempat ini ada tangga di sebelah timur dengan lima belas anak tangga. Apabila tangga pada menara di sayap kanan terbuat dari kayu jati, tangga di sayap kiri terbuat dari semen batu. Lantainya menggunakan tegel berwarna kuning yang masih dipertahankan keasliannya. Kualitas tegelnya pun masih sangat bagus.
Pintu utama terbuat dari kayu jati dengan kaca berwarna hijau, coklat, dan abu-abu. Pintunya berwarna coklat terdiri atas dua bilah daun. Bagian atas pintu terdapat kaca berbentuk setengah lingkaran. Lantai ruang tamu bertegel coklat berbintik-bintik dengan ukuran 20 cm X 20 cm. terdapat satu jalur tegel berhiaskan huruf “S” saling berhadap-hadapan. Jalurnya mengikuti bentuk ruang tamu yang bersisi 6.
Keempat sisi gedung memiliki pintu masing-masing. Ada pintu yang menghadap timur, selatan, barat, dan utara. Pintu yang menghadap utara berdempetan dengan pintu yang menghadap timur. Pintu yang menghadap barat mempunyai bentuk yang sama dengan pintu yang menghadap selatan.
Bagian dalam bangunan tampak luas dan tinggi meninggalkan kesan luas dan lapang. Terdiri atas 3 kamar tidur yang luas, ruang tamu, ruang keluarga, ruang dapur, ruang tengah, 2 kamar mandi. Kaca-kaca ruangan yang berwarna dan yang bermotif tumbuhan menambah aura antik yang kental.
Melangkah ke luar gedung dari pintu belakang menuju samping, di sayap bagian kiri terdapat tangga menuju teras atas. Sebuah teras atas yang cukup luas untuk tempat bermain, teduh dipayungi oleh dedaunan pohon mangga yang rimbun. Dari teras atas ini, kita dapat melihat Jalan Raya K.H Abdul Halim yang tepat di depan gedung dan juga melihat halaman samping sebuah gedung antik lainnya di sebelah kiri.
Hilir mudik kendaraan yang melintas di Jalan K.H Abdul Halim tampak terlihat jelas dari teras atas Gedong Jangkung ini. Meski begitu tak sepenuhnya mengganggu ketenangan karena kesan adem dan tenang terasa dominan di bagian ini. Halaman yang luas di depan, samping kiri kanan dan belakang gedung dengan naungan pohon mangga yang besar- besar menciptakan kesejukan bagi penghuni dan orang- orang yang singgah di gedung ini. Sehingga menghadirkan rasa betah dan ingin kembali menikmati keartistikan dan ketenangan di dalamnya.
Di halaman belakang terdapat gudang tempat menyimpan barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi. Kemungkinan dulu dipergunakan untuk menyimpan kuda atau kendaraan pemilik gedung. Halaman belakang ini terlihat jelas dilihat dari ruang keluarga atau ruang tengah bagian dalam gedung yang desain kacanya dibuat melengkung.
Untuk masuk ke dalam Gedong Jangkung, baik dari pintu depan maupun pintu samping harus melalui beberapa anak tangga. Salah satu sudut bagian dalam gedung disajikan pada Gambar 8. Pondasi bangunan memang dirancang lebih tinggi dari halaman. Hal ini menambah kesan anggun dan berwibawa bagi Gedong Jangkung, terlebih lagi letaknya di ruas jalan utama di jantung kota Majalengka sehingga cukup menarik perhatian bagi banyak orang yang kebetulan melintas. Selain itu dekat dengan pusat perbelanjaan dan juga berseberangan dengan sebuah bank swasta dan juga sarana publik lainnya.
Di sebelah barat gedung terdapat plakat buk loneng di sungai samping gedung ini yang bertuliskan “Tjiani 1913”. Tjiani merupakan drainase kota Majalengka. Semua pembuangan limbah dari rumah-rumah di sepanjang jalan utama mengalir ke sungai itu yang selanjutnya mengalir ke sungai sebelah barat yang dipakai mengairi sawah di Blok Dawuan Gayam. Seterusnya mengalir ke sungai Cibasale. Tjiani adalah tempat penampungan drainase kota sebelah utara yang terhitung paling awal diberesi. Sebelah selatannya ada Citangkurak, Cipereng yang masing-masing diberesi tahun 1930-an.

Dari penuturan H. Ali Saleh, pemilik Gedong Jangkung saat ini, Gedong itu dibangun oleh seorang saudagar kaya keturunan Cina yang usahanya di bidang hasil bumi bernama Tjia Tjoe Bie. Dia merupakan ayah dari Tji Kian Liong atau yang lebih dikenal dengan nama William Soerjadjaja atau Om Willem, pendiri ASTRA International. Konon William Soerjadjaja lahir di Gedong Jangkung tanggal 23 Desember 1923. Kemungkinan masih bersaudara dengan keluarga pabrik kecap Tjia Tjun Teng di samping gedung toko Yogya Lama. Saat Wiiliam Soerjadjaja hendak sekolah ke Belanda, beliau menawarkan gedung tersebut kepada Abah Saleh, sahabatnya. Gedong Jangkung akhirnya beralih kepemilikan kepada Abah Saleh. Sekarang dirawat oleh putranya H. Ali Saleh.

Gedong Jangkung merupakan salah satu dari sedikit bangunan tua yang masih tersisa di Majalengka. Saksi bisu dari perjalanan sejarah bangsa dan kota Majalengka selama beberapa dekade dan bahkan telah menginjak hitungan abad. Meski sejarah otentiknya belum tergali secara pasti, namun yang jelas keberadaanya telah menunjukkan warisan masa lalu kepada generasi muda sekarang. Suatu bangunan yang memiliki nilai sejarah, dapat dilihat secara langsung, tak hanya melalui buku-buku atau pun gambar-gambar di internet semata.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar